Selasa, 14 Februari 2012

Bunda Ikut Ulangan

Fenomena masa kini, anak ulangan umum, orang tua ikut sibuk. Lebih tepatnya fenomena ini belaku untuk saya. Saya yakin tidak semua orang tua seperti ini. Banyak orang tua yang sudah mengatur atau memonitor jadwal belajar anaknya sehingga setiap hari selalu mengulang pelajaran ataupun memang si anak dengan kesadaran yang tinggi selalu rutin belajar atau si anak termasuk anak yang jenius dan cerdas sehingga sedikit belajar sudah paham. Yang jelas saya tidak termasuk kriteria itu semua, saya bukan orang tua yang konsisten memonitor pelajaran anak, anak saya juga tidak termasuk anak yang selalu berinisiatif belajar sendiri, anak saya juga bukan si cerdas yang cukup sekali belajar langsung paham.

Kesimpulan, kalau anak saya musim ulangan atau ujian, saya juga ikut sibuk. Yang mungkin membuat anak saya sebal, bukannya saya sibuk membantu mengajar, tapi saya lebih sibuk lagi membandingkan silabus materi yang diujikan (biasa disebut kisi kisi) dengan apa yang sudah dipelajari.

Kira-kira begini pertanyaan standar saya :

- Materi yang ini sudah belum? Yang itu? Kenapa belum?

- PR dan ulangan yang kemarin-kemarin sudah dilihat lagi belum?

- Kesimpulannya sudah dibaca ulang?

- Kalau sudah dibaca, baca lagi ya, jangan puas sekali aja.

- Lihat ulangan yang kemarin-kemarin, kalo yang salah perhatikan, yang benarnya apa.

Tidak heran juga, kalau anak saya berkomentar ‘Duh bunda, nanya-nanya melulu, bantuin jelasin dong atau ajarin, ini kan susah banget, aku gak ngerti caranya’

Nah, kalau komentar ini, saya langsung mati kutu, masalahnya tidak semua materi pelajaran mereka mudah. Memang saya pernah mempelajarinya, tapi kan sudah lupa saking lamanya dan tidak pernah dipraktekkan (alasan…..). Kadang-kadang saya berusaha ikut juga belajar, tapi memang tidak selalu mudah karena otak saya yang sudah terlalu penuh dengan berbagai urusan atau faktor u mungkin atau memang pelajarannya yang susah. Diem-diem, saya salut dengan beberapa teman saya yang anaknya mengikuti homeschooling dan teman saya sendiri yang menjadi pengajarnya (hebat, kayaknya saya perlu tau tekniknya nih biar bisa jadi pengajar juga).

Tidak heran ya, kadang-kadang kita pakai jalan pintas, anak diikutkan les, bimbel atau dibelikan buku-buku soal tanpa kita monitor atau bimbing sendiri dan malahan kita hanya menanyakan hasil akhir ‘ gimana sayang, sudah mengerti, sudah bisa mengerjakan soal-soalnya?’ (maaf maksud saya bukan kita tapi lebih tepatnya ‘saya’).

Sebenarnya saya menulis ini mengingatkan diri sendiri, betapa saya masih jauh dari ibu ideal yang saya bayangkan. Saya berharap saya bisa lebih baik……dan menjadi madrasah yang baik bagi anak-anak saya.

Tidak ada komentar: