Minggu, 04 Oktober 2009

Kerja yok kerja......

Huh....hari ini hari terahir aku menikmati cutiku. Aku cuti setelah Lebaran berlalu karena aku memang niat untuk memberi kesempatan cuti kepada teman-temanku yang mudik. Gantian ceritanya.
Bagaimana perasaanku menjelang masuk kantor kembali? (halah, cuma cuti 5 hari aja kok pake nanya ya)..... Semangat pastinya karena udah tau kerjaan selalu banyak, tapi satu sisi kebayang capeknya sepulang bekerja. Apalagi anak-anakku masuk sekolah bersamaan dengan aku masuk kantor....wah pasti rame paginya..
Yah, inilah resiko yang harus aku lewati karena memilih menjadi ibu bekerja.

Insya Allah, aku cukup menikmati pekerjaanku walau harus melewati berbagai tantangan karena tugas utama sebagai istri dan ibu wajib ditunaikan dahulu. Yang jelas, aku memang memilih untuk bekerja dan bukan terpaksa bekerja.....beda kan persepsinya kalau kita terpaksa bekerja.

Untuk memotivasi semangat bekerja, aku sering mengingat kembali apa tujuanku bekerja. Apa ya tujuan aku bekerja ???
- Ingin mengamalkan ilmu
- Ingin dapat ilmu yang banyak
- Ingin dapat penghasilan untuk bantu keluarga
- Ingin menambah wawasan
- Ingin memperluas pertemanan
- Ingin menambah rasa percaya diri
- Ingin pintar komunikasi

Kira-kira tercapai gak tujuanku tersebut, Alhamdulillah setelah lebih 15 tahun bekerja, so far so good.
Bukan berarti aku meremehkan teman-teman yang gak bekerja, gak mungkin mencapai tujuan-tujuan seperti tujuanku tersebut. Aku yakin sekali tujuanku tersebut bisa dicapai melalui jalan manapun, menjadi ibu rumah tanggakah atau bekerja di rumah atau berwiraswasta.....
Namun, khusus aku... dulunya aku perempuan yang pemalu karena orang tuaku yang sangat protektif dan selalu melindungiku (yang penerapannya aku tidak boleh mengikuti kegiatan apapun dan kalau mau pergi kemanapun hanya diantarkan oleh orang tua). Jadi rasa-rasanya bekerja di luar rumah untuk karakter sepertiku sangat membantu untuk meningkatkan rasa percaya diriku. Walaupun kadang-kadang aku masih sering malu kalau bicara di depan umum.

Insya Allah, aku tetap bisa melalui semua ini dengan mulus dan aku tidak melupakan kewajiban utamaku untuk mengurus keluarga tercinta.

Rabu, 30 September 2009

Ikatan Batin dengan Majenang......

Mungkin aku mengikuti jejak orang tuaku atau aku mendapat pengalaman yang indah di masa kecilku atau aku ingin anakku lebih peka dengan asisten rumah atau aku ingin ikut-ikutan mudik. Aku gak tau, alasan mana yang lebih tepat sehingga membuat aku dan keluargaku pergi ke Majenang untuk menjemput asisten rumah. Sama sekali bukan alasan karena takut mereka tidak balik atau ingin mengambil hati para asisten agar tetap berminat kerja di rumahku tapi lebih tepat ke alasan-alasan yang aku sebutkan di pembuka tulisan ini. Sedikit unsur romantisme memang ada dalam rencana kepergian kami ini.

Bermula dari kelahiran anak pertamaku 14 tahun yang lalu. Karena aku ibu bekerja, aku sangat membutuhkan asisten untuk membantu mengurus bayi. Setelah mencoba 3 asisten yang tak cocok, bertemulah aku dengan mba Wiwik si asisten baru. Perjalanan panjang untuk memutuskan bahwa asisten ini cocok dengan aku & suami & anakku. Kelihatannya aku tidak salah duga, karena memang ia rajin, helpful dan tulus dalam melayani anak. Untuk asisten rumah tangga, saat itu aku tak menemukan yang cocok. Entah berapa saja keluar masuk dengan berbagai alasan. Padahal aku juga perlu bantuan untuk membersihkan rumah dan mengurus dapur. Benar-benar masalah klasik, tapi cukup mengganggu. Pada suatu hari mba Wiwik, menawarkan keponakannya untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga dan ia berjanji akan membantu mengajarkan. Tentunya kondisi ini menjadi lebih mudah bagiku, karena mereka berhubungan keluarga, mereka kompak dalam bekerja. Selain itu si asisten baru, menurut bila diajarkan oleh bibinya. Lumayan kan untukku, cukup satu orang yang aku percaya dan wanti-wanti, selanjutnya disampaikan oleh mba Wiwi ke keponakannya.

Aku tidak berlama-lama dengan urusan rumah tanggaku. Ya, tahun berganti tahun, anakku menjadi 3. Asisten rumah tanggaku berganti-ganti karena umumnya mereka berhenti untuk menikah. Tetapi benang merah yang terus berlanjut, asisten rumah tanggaku selalu keponakan mba Wiwi (rupanya dia punya banyak stok keponakan). Jadi aku tidak pernah mengalami 'revolusi besar' dalam urusan klasik asisten rumah tangga.....Alhamdulillah.

Bayangkan mba Wiwi membantu mengurus anak pertamaku selama 5,5 tahun. Kemudian lahir anak keduaku, bersambung lagi dibantu diurus oleh mba Wiwi selama 2 tahun sampai anak ketigaku lahir. Anak bungsuku ini dibantu diasuh oleh mba Wiwi selama 2 tahun. Nah, cukup lama bukan, aku berkolaborasi dengan mba Wiwi selama 9 tahun.

Yang menjadikan romantisme aku & suamiku dalam berhubungan dengan mba Wiwi, ya tentu saja karena begitu lama dia bekerja sama dengan kami. Suka, duka, senang, susah, kebodohan kami dalam mengurus anak......bagaimana buku-buku mengenai anak, majalah ayah bunda, poster-poster mengenai anak..........kami geluti bersama. How grateful we are.....to mba Wiwi. Kami penanggun jawab utama dalam pengurusan anak, namun kekurangan-kekurangan kami lumayan teratasi dengan bantuan mba Wiwi. Dia akan mempraktekkan........hal-hal yang aku temukan dibuku.....dengan pendidikan SMPnya dia berusaha memahami kemauanku.....dengan berbagai pertanyaan yang aku terima.........aku juga sekalian belajar......

Mba Wiwi ini berasal dari daerah Majenang......yang sungguh dulu aku tidak tahu dimana letaknya di peta, Jawa Baratkah atau Jawa Tengahkah......aku bingung. Perjalanan hidup mba Wiwi, sedikit banyak kami ketahui. Dia cerai dengan suaminya yang ada main dengan perempuan lain (dalam pikiran aku dan suamiku, apakah ini kontribusi kami karena mempekerjakan mba Wiwi di rumahku), kemudian dia menikah lagi dengan suami kedua, susah payahnya dia mengurus ibunya yang sakit-sakitan. Inilah yang membuat kami berniat berkunjung ke Majenang. Awalnya permintaan anak pertamaku Hani, yang ingin sekali melihat rumah mba suster (panggilannya kepada mba Wiwi). Sekali waktu kami mengantarkan mba Wiwi pulang kampung dan menjemputnya kembali......Hani anakku memanfaatkan momen itu untuk melihat-lihat kampung mba Wiwi dan juga numpang mancing.

Pada waktu aku kecil, aku juga sering kali diajak oleh kedua orangtuaku untuk mengantar dan menjemput asisten. Aku mengingatnya sebagai pengalaman indah karena melihat daerah yang berbeda dari rumahku (yang seumur-umur di Jakarta terus). Mungkin anakku, mengalami perasaan yang sama seperti aku dulu.
Waktu mba Wiwi menikah lagi, kami juga datang ke kampungnya.

Saat ini, mba Wiwi sudah tidak bekerja lagi di rumahku. Lima tahun yang lalu dia berhenti karena harus mengurus ibunya yang sakit dan dia merasa tidak terlalu dibutuhkan lagi untuk membantu mengurus anak-anakku. Namun demikian, jejaknya masih tersisa di rumahku, salah satu keponakannya masih bekerja sebagai asisten rumah tanggaku. Jadwal dan jobdesc (kalau bisa disebut job description) para asisten, masih mengikuti aturan yang aku dan mba Wiwi buat dulu.

Liburan lebaran tahun ini, lagi-lagi terlintas rasa romantis kami, ingin menengok kampung si asisten di Majenang. Malahan anak ke 2 dan 3, menginap di rumah mba Wiwi di kampung (betapa senangnya mereka ketemu mba susternya) karena ingin langsung memancing di pagi hari. Sementara aku dan suami, menginap di hotel di Majenang.

Begitulah ikatan batinku terhadap kota Majenang, bagaimanapun aku tidak bisa menghapus lintasan hidupku yang pernah mempunyai kisah-kisah spesial dengan asisten-asistenku yang berasal dari kota ini.

Senin, 28 September 2009

Cemas

Setelah hampir dua tahun tertunda, akhirnya aku bulatkan tekad untuk datang ke dokter kandunganku, untuk periksa rutin tahunan. Aku tahu, seharusnya setiap tahun aku memeriksakan kondisi kandunganku. Tapi 2 tahun lalu terlewatkan, begitupun tahun lalu.
Bermula dari sejarah panjangku dalam berhubungan dengan dokter kandungan. Timbul rasa bosan dan seganku untuk memeriksa ke dokter. Suamiku sudah panjang lebar menyemangatiku, tetap aku bergeming.....m a l a s pergi. Akhirnya setelah menimbang-nimbang dan mungkin kepintaranku mulai mengalahkan kebodohanku, kuputuskan aku akan ke dokter kandungan, siap dengan segala resiko. Daripada menerima resiko, hidup dengan penyakit yang sudah akut lebih baik resiko ditemukan penyakit masih dini dan bisa diobati.

Benar kan......setelah aku menanyakan bagaimana kondisi kandunganku, dokter menerangkan bahwa di kandungan ada mioma uteri (sejenis tumor) yang ukurannya masih kecil. Innalillahi, ini kan penyakit yang sama yang aku derita pada tahun 1998. Waktu itu aku dioperasi untuk mengangkat mioma dan alhamdulillah rahimku sehat dan aku melahirkan 2 anak setelah itu. Namun pada saat itu, dokter telah memberi tahu kemungkinan akan tumbuhnya mioma tersebut lagi.

Alhamdulillah (selalu ada positifnya), menurut dokter ukurannya sangat kecil dan tidak membahayakan sehingga tidak perlu dioperasi. Berarti makanan dan kondisiku harus selalu terjaga dengan baik, agar mioma tersebut tidak semakin membesar.

Ya Allah, aku manusia biasa yang mudah cemas. Apakah masih ada penyakit-penyakit lainnya dalam tubuhku yang belum terdeteksi?? Aku cemas, mendengar perkataan suamiku, apakah kita mau bertambah tua dengan sakit-sakitan, bagaimana dengan anak-anakmu yang masih kecil, siapa yang mau ngurus....

Kurang apa bacaan referensiku, dari berbagai buku kesehatan.....majalah sejenis Nirmala...dan lainnya. Tapi masih saja dalam diri ini, sering timbul perasaan malas untuk selalu makan teratur, makan hanya dengan makanan yang sehat dan tidak berlebihan, olahraga dengan teratur, kontrol dengan teratur.
Yah ......ternyata aku masih termasuk kategori orang yang zalim terhadap diri sendiri dalam hal menjaga kesehatan.....
Referensi dan niat saja tidak cukup, bagaimana pengamalannya..... Ya Rab, bantulah aku menjaga kesehatanku agar aku dapat hidup lebih bermanfaat bagi lingkunganku............

Aku dan Suami

Aku dan suami adalah dua sosok dengan sifat yang sangat jauh berbeda kalau fisik sudah pasti berbeda..., ya kan satu perempuan satu laki-laki.

Hobiku membaca, main musik, jalan pagi. Suamiku suka olah raga apa saja, mengoprek mobil, jalan-jalan dengan menyetir mobil, diskusi dan debat
Aku suka musik jazz dan pop yang tidak cengeng. Suamiku suka musik rock, heavy metal.
Aku suka makan manis-manis, keju, kue tart, makanan eropa, sayur, buah. Suamiku suka makan gurih, penganan tradisional, daging, ikan, seafood.
Aku suka menonton pertandingan bola. Suamiku suka menonton pertandingan bulutangkis.
Aku tergolong cuek dan kurang bisa membaca body language & pikiran. Suamiku lebih perhatian kepada lingkungan, agak bisa membaca body language & pikiran.
Aku suka membereskan rumah. Suamiku suka membetulkan rumah
Aku suka film drama, detektif, thriler. Suamiku suka film action.
Aku suka tanaman yang kecil. Suamiku suka tanaman besar.
Aku suka warna merah, putih, hitam, biru. Suamiku suka warna abu-abu dan coklat.
Aku introvert dan tidak mudah mengomentari. Suamiku extrovert dan sering mengomentari sesuatu.
Aku tidak suka politik. Suamiku sangat suka politik.
Aku jarang meledek orang terutama yang tidak kenal. Suamiku suka meledek orang dan tergolong jail.
Aku tidak suka ngomong panjang lebar kecuali diperlukan. Suamiku suka ngobrol dan diskusi.
Aku suka bahasa. Suamiku suka angka.
Aku tidak bisa berhitung cepat. Suamiku sangat cepat berhitung.
Aku suka menulis. Suamiku tidak suka menulis.
Aku tidak suka ngebut. Suamiku suka ngebut.
Aku rajin mengingat tanggal penting. Suamiku tidak mau pusing dengan tanggal.
Aku senang dihadiahi buku. Suamiku senang menghadiahi bunga.
Aku tidak mudah panik. Suamiku cepat panik.
Aku suka menyanyi. Suamiku tidak suka menyanyi.

Aku surprised juga waktu aku menulis ini, ternyata kami memang berbeda, padahal ini baru sebagian kecil.
Tapi Allah Maha Kuasa....buktinya kami berjodoh dan sudah 15 tahun berumah tangga. Insya Allah sampai seumur hidup.

Tapi diluar perbedaan tersebut, kami juga mempunyai kesenangan yang sama.
Kami suka binatang piaraan.
Kami suka makan baso & es kelapa muda.
Kami suka melihat alam pantai dan gunung. Kami tidak suka mall.
Kami suka tanaman.
Kami suka menonton berita.
Kami suka melihat kota dan gedung tua. Dan masih ada persamaan lainnya.

Jadi pesan tulisan ini, jangan takut dengan perbedaan. Perbedaan seringkali menambah kekuatan kita. Seperti kata Stephen Covey dalam salah satu habit 'Win win', 1+1 tidak selalu sama dengan 2, tapi bisa 3 ataupun lebih.

Dari 2 jadi 5

Siapa sangka, aku yang menikah menjelang umur 30 tahun dan mengalami berbagai rintangan untuk menikah, akhirnya sekarang mempunyai anak 3.
Dari awal, suamiku ingin mempunyai 3 anak. Sementara, aku menginginkan 2 anak, mengingat usia kami yang tidak muda lagi. Aku cuma bilang ke suamiku, aku gak mau sudah jadi stw (setengah tua) tapi masih punya anak bayi. Tapi suamiku, punya pendapat lain, memang kalau diizinkan Allah punya anak 3, kenapa nolak, orang banyak yang susah payah untuk dapt 1 anak.
Allah maha pengasih dan penyayang, kami diberi rizki anak 3 (dari berdua jadi berlima). Dari sisi pandang lain, boleh dikatakan, kami mendapat amanah dan cobaan untuk membesarkan 3 anak. Kalau kami lulus dalam mengemban amanah ini, berarti anak itu membawa kebaikan bagi dirinya, orang tua dan lingkungannya.
Hasil akhir itu, merupakan rahasia Allah. Kami sebagai orang tua yang menjalani prosesnya. Kami bisa berusaha sekuat tenaga membimbingnya dan mendoakannya. Perkara hasilnya, itu hak prerogatif Allah.

Kenyataannya, sama sekali tidak mudah membimbing anak. Tidak ada sekolah parenting, yang ada buku, majalah, informasi mengenai parenting. Disitu seninya sebagai orang tua. Aku belum pantas, berpendapat macam-macam, wong anakku masih berusia 14 tahun kebawah. Banyak yang sudah expert, sehingga anaknya menjadi anak shaleh dan mandiri, tentunya juga atas izin Allah. Yang ada, aku cuma bisa sharing sesama orang tua.....oh kalau kita ajak begini, pasti anak kita akan begitu. dan seterusnya.

Disini aku juga sekedar sharing, memang tidak mudah jadi orang tua, tapi itu sama sekali tidak menyurutkan niat baik untuk selalu mengemban amanah untuk berbuat semaksimal mungkin atas titipan dan berkah yang kita terima itu. Tidak ada kata putus asa, walaupun berbagai rintangan menghadang. Dengan usaha dan doa, Insya Allah tidak ada rintangan yang tidak bisa dilewati.

Hidup orang tua..........