Kamis, 19 November 2020

Mamaku Super Mom

Mama selalu menjadi seseorang yang sangat spesial di hatiku. Walaupun mama sudah tak ada, sosoknya selalu melekat di hatiku. Aku selalu menganggapnya super mom, karena mama selalu bisa mengerjakan pekerjaan apa saja,  menyelesaikan berbagai persoalan, selalu ada disaat kami butuh dan juga penyintas kanker yang sangat optimis.

Yang selalu kuingat, mama selalu berusaha memasak makanan sesuai seleraku walaupun aku sangat memilih makanan. Kadang-kadang khusus aku ada menu tersendiri hasil kreasi mama. Aku termasuk yang susah memakan lauk daging, aku lebih senang makan dengan lauk tempe. Mamaku orang Minang sejati, sehingga di rumah selalu ada rendang. Demi aku bisa ikut makan rendang, dibuatkan rendang yang isinya tempe atau kacang merah. Ada lagi makanan Minang lain yang mengejutkan, asam padeh tempe. Biasanya asam padeh isinya ikan atau daging. Mamaku kreatif kan? Masakan mama juga rasanya enak, selalu kurindukan. 

Waktu aku masih kecil, semua bajuku hasil jahitan mama. Sprei, bantal, taplak, aneka hiasan rumah semua hasil karya mama. Ketika aku akan melahirkan anak pertama, mama membuatka aku selimut bayi dari kain flanel yang dihiasi sulaman dan renda rajutannya. 

Mama bukan saja seniman ahli masak dan jahit, tapi juga pintar berkebun dan merangkai bunga. Mama menanam tanaman apa saja, tumbuh lebat dan rimbun. Jadi rumah mama sangat asri, enak dipandang.

Walaupun secara hobi dan pikiran aku lebih cocok dengan papa, tapi urusan curhat lebih cocok dengan mama. Mama hatinya lembut dan bijaksana jadi kalau memberi saran lebih netral dan tidak menyalahkan siapapun. Mama ibu rumah tangga yang selalu di rumah, jadi setiap saat aku butuh teman bicara di rumah, mama selalu ada.

Memang mamaku ibu ideal, menurutku karena bisa segala pekerjaan rumah tangga (memasak, berberes, menjahit, berkebun, dll) dan bersifat lembut serta penyabar. Mungkin sebagian besar anak begitu pula, mengidolakan ibunya. Aku mulai merasa keakraban kami sedikit berkurang, semenjak aku menikah. Aku tersibukkan oleh kegiatan rutinku bekerja dan mengurus keluarga. 

Aku tinggal di rumahku sendiri, terpisah dari orang tua. Namun begitu, setiap hari aku menitipkan anakku yang pertama untuk dibantu diawasi. Aku belum terlalu percaya kepada pengasuh anakku. Setelah 2 tahun, aku tidak menitipkan anak lagi. Aku berusaha tidak merepotkan mama, walaupun sebenarnya mama tidak pernah merasa kerepotan.

Kakakku dan suaminya sangat sibuk bekerja, sehingga kedua anaknya banyak diasuh oleh mama. Urusan sekolah kedua keponakan tersebut, ditangani mamaku. Mama yang ikut rapat orang tua, hadir di acara sekolah, mengantar menjemput, mengambil raport. Ini juga hebatnya mama, bisa menjadi nenek, bisa juga menjadi ibu pengganti.

Mamaku pernah mengidap penyakit kanker payudara. Hebatnya, mamaku mau mengikuti saran dokter untuk segera dioperasi mastektomi (pengangkatan payudara) dan tidak mau mendengar saran siapapun untuk berobat ke orang pintar dll. Setelah mamaku dioperasi, pengobatan dilanjutkan dengan radioterapi selama 30x. Mungkin karena terdeteksi dini dan langsung diobati, mamaku sembuh dan menjadi penyintas kanker selama 20 tahun.

Penyintas kanker memang harus rutin kontrol. Mamaku setahun sekali ke RS Darmais untuk kontrol. Pada suatu waktu mama tidak kontrol ke dokter selama 4 tahun, alasannya karena dokter yang biasa merawat mama sudah wafat dan mama segan berkonsultasi dengan dokter baru.

Mama baru kontrol lagi setelah mengetahui bahwa ada anak dokternya dulu yang juga menjadi Dokter Bedah di RS Darmais. Akhirnya mama mau diperiksa. Sudah takdirnya, ada lagi benjolan ganas di ketiak mama. Kali ini mama harus dioperasi lagi. Mamaku tegar menghadapi itu semua, kata mama, alhamdulillah mama sudah sembuh dan merasakan nikmatnya sehat selama 20 tahun, kalau ini harus berobat lagi, mama sudah pernah merasakan dan Insya Allah bisa melaluinya. Saat itu mamaku berusia 77 tahun, sudah dianggap rawan untuk dioperasi, namun itu salah satu cara terbaik buat sembuh.

Operasi mama berjalan baik, namun karena sel kankernya dianggap ganas, mama harus dikemoterapi. Sejak berobat dikemo itulah, mamaku mulai sering menangis dan mengeluh kesakitan, yang mana selama ini jarang sekali aku mendengar mama mengeluh karena sakitnya.

Mamaku tidak seceria dan selincah dulu lagi. Biasanya mama orang yang sangat berpikiran positif, segala sesuatu dilihat dari sisi baiknya. Baru saat itu, aku mendengar mama bicara, "rasanya mama lebih baik meninggal saja, tidak merasakan sakit lagi dan tidak akan merepotkan siapa-siapa". Siapa yang tidak sedih mendengar ucapan seperti itu. Aku merasa sangat tidak berbakti, karena urusan kontrol ke rumah sakit, mama lebih banyak pergi sendiri hanya ditemani supir. Saat itu aku dan kedua kakakku, masih sibuk bekerja.

Alhamdulillah, aku berhenti bekerja dan bisa menemani mamaku berobat walaupun tidak setiap saat aku bersamanya. Kami anaknya membayar 'caregiver' seperti suster untuk merawatnya dari waktu ke waktu. Sedih ya, kalau kita tua, ternyata tidak ada yang sempat mengurus kita.

Sejak berobat tersebut, mama jarang sekali melakukan kesukaannya seperti memasak, menjahit, membereskan rumah, berkebun, jalan-jalan, berolah raga. Mama lebih banyak berdiam di rumah, melayani papaku sebisanya. Walaupun dengan kondisi kesehatan yang tidak prima, mama tetap memberi perhatian pada kami anak cucu seperti saat mama sehat.

Setelah 4 tahun berobat, penyakit mama bukan berkurang, malah ada sebaran lagi di kepala/otaknya. Dokter tidak melakukan tindakan agresif apapun karena beresiko, mama sudah sepuh dan kondisinya kurang baik.

Aku dan kakakku masih sempat merawat mama sampai akhir khayatnya. Kami ikhlas atas kepergiannya mengingat sakit yang sudah cukup lama dideritanya.

Super mom, belahan jiwa kesayanganku, pergi meninggalkan kenangan indah di hatiku dan aku tidak putus mendoakannya seperti dulu mama tidak pernah lupa mendoakan keluarganya. Aku berharap berjumpa mama di surga nanti.



Quote : 

"Mama menggenggam kedua tangan anaknya sesaat saja, namun menggenggam hatinya selamanya"

"Ketika kamu memiliki doa dari mama, kamu siap berdiri melawan dunia"


Minggu, 15 November 2020

Ibu Bekerja vs Ibu Rumah Tangga

Sekali-kali aku ingin berbagi pengalaman sesuatu hal yang agak sensitif. Sering menjadi perdebatan, mana yang lebih baik menjadi seorang ibu bekerja atau ibu rumah tangga. Maaf, jawabannya tidak bisa hitam putih, ini baik dan itu buruk, namun yang kita mau petik disini adalah hikmahnya

Sebagai seorang ibu, aku pernah mengalami menjadi keduanya, 22 tahun aku menjadi ibu bekerja dan 4 tahun menjadi ibu rumah tangga. Menjadi ibu bekerja karena sudah ada kesepakatan dengan suami, sebelum aku menikah. Menjadi ibu rumah tangga merupakan keputusan aku sendiri, yang amat sangat didukung suami.

Pembahasan ini ringan-ringan saja berdasarkan pengalaman hidup bukan kajian ilmiah. Jadi bebas saja kalau ada yang tidak setuju, tentunya berdasarkan pengalaman sendiri juga.

Ibu rumah tangga adalah suatu tugas yang sangat mulia karena keluarga sangat membutuhkan dukungan dan peranan ibu 1000% dalam perjalanannya. Ibu rumah tangga amat sangat bisa mendedikasikan pikiran dan tenaganya untuk mengurus rumah tangga.

Sedang ibu bekerja, harus siap terbagi konsentrasinya antara rumah tangga dan pekerjaan. Ibu bekerja harus cerdas berstategi mengatur agar rumah tangga berjalan mulus dan karir juga tidak terabaikan.

Tugas sebagai ibu/istri saja merupakan tugas yang penuh tantangan. Kita harus perhatian penuh pada keluarga, agar visi dan misi keluarga yang dicita-citakan tercapai. 

Ibu Rumah Tangga :
Pro :
- Pelayanan maksimal kepada suami dan anak
- Perhatian penuh pada perkembangan anak
- Pendidik anak yang lebih fokus
- Pengendali utama rumah tangga
Kontra :
- Ilmu dari pendidikan dan bakat yang dimiliki tidak maksimal dimanfaatkan
- Sumber penghasilan dari suami saja

Ibu Bekerja :
Pro :
- Menyalurkan ilmu dan bakat yang dimiliki dan aktualisasi diri
- Menambah penghasilan keluarga
Kontra :
- Pembagian waktu yang adil antara keluarga dan karir. Pelayanan pada keluarga bisa tidak maksimal
- Perlu bantuan pihak lain untuk mengurus rumah tangga, mengasuh anak

Pilihan manapun yang kita pilih, kita sudah tau konsekuensinya. Jadi perlu mengatur strategi agar segala kendala dapat diminimalisir.

Seperti saat aku menjadi ibu bekerja, aku membuat banyak kesepakatan dan rambu-rambu dengan suami, agar kehidupan berumah tangga tetap lancar. Aku juga mencari asisten dan pengasuh anak yang cocok. Aku akui semua yang kulalui itu bukan hal yang mudah.

Saat ini aku menjadi ibu rumah tangga, walaupun pekerjaannya tiada henti, aku juga tetap rajin membaca, mendengar, mencari pengetahuan yang dapat diterapkan dalam menjalankan rumah tangga. 

Nah, ini pendapat pribadi ya, aku lebih memilih yang mana? Aku rasanya jauh lebih menyukai dan menikmati menjadi ibu rumah tangga. Senyuman dan pelukan dari suami dan anak setiap saat, rasanya jauh lebih berharga dibanding dengan imbalan yang aku terima dari bekerja. 
Mungkin juga aku merasa seperti ini karena aku pernah mengalami sebagai ibu bekerja.

Namun ini bukan pilihan kalau tidak ibu berkerja, ya ibu rumah tangga. Banyak kok, pilihan tengah yang bisa mengakomodir kontra-kontra yang disebutkan diatas. Ada pilihan, ibu bekerja tapi bekerja dari rumah atau paruh waktu atau berjualan dari rumah dll. Keluarga penuh cinta bisa tercapai dengan apapun pekerjaan si ibu.


Sabtu, 14 November 2020

Tidak Ada Anak Cengeng

Aku malu, mengingat masa kecilku yang ini. Aku terlahir sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara. Aku akui aku sangat dimanja oleh kedua orang tuaku. Aku mempunyai teman dan sepupu seumuranku yang mempunyai adik. Entah bagaimana, adik-adik dari temanku dan sepupuku ini banyak yang sangat manja, minta diperhatikan bahkan cengeng. Di mataku, adik-adik ini lumayan nakal dan dalam hatiku aku berharap tidak mempunyai adik.

Karena memang dasarnya aku mempunyai sifat agak jail juga, aku senang sekali mengganggu saudara atau adik teman yang lebih kecil dari aku. Kadang-kadang aku kagetin, aku kejar, aku kuncikan dalam kamar, biasanya berakhir dengan tangisan. Sudah berapa saja, anak-anak kecil menjadi korban kejailanku.

Setelah aku SMA, aku tidak senakal itu lagi, namun aku tidak pernah merasa benar-benar senang dengan anak kecil, terutama yang cengeng. Aku lebih suka bermain dengan kucing kesayanganku, yang tidak banyak membuat drama (pikirku saat itu).

Akhirnya naluri keibuanku muncul juga, setelah kakak pertamaku melahirkan keponakanku yang kembar. Mungkin karena anak kakakku, jadi aku merasakan bagaikan anakku sendiri. Barulah saat itu aku jatuh cinta melihat bayi kecil. Setiap hari, aku selalu saja kangen melihat keponakan-keponakan tercinta ini. Kakakku geli melihat kelakuanku, 'akhirnya Tria kena pelet anak kecil juga' kata kakakku.

Beberapa tahun kemudian aku menikah dan kemudian hamil, aku bersyukur dan bahagia tidak terkira. Aku membayangkan mempunyai bayi sendiri yang bisa dipeluk-peluk setiap saat.
Setelah lahir, bayiku tumbuh, aku mulai merasakan bayi sulungku ini termasuk bayi yang mudah sekali menangis dan kadang tantrum (marah mengamuk) tangisnya susah dihentikan. Pernah di ruang dokter, anakku menangis keras seperti berteriak tidak berhenti-henti setelah disuntik imunisasi. Hal ini selalu berulang jika masuk ruang periksa dokter. Begitupun saat anakku balita, bila meminta sesuatu namun tidak kukabulkan, seringkali terjadi amukan dan tangis. Mungkin ada orang-orang yang merasa kesal (seperti aku dulu) karena anakku sering menangis keras dan berisik. 

Allah Maha Kuasa, memberiku anak tantrum mudah menangis, sehingga aku bisa merasakan perasaan ibu-ibu yang anak-anaknya kuganggu dulu. Apa yang menjadi takdir pasti ada hikmahnya. Saat ini aku tidak pernah lagi menghakimi seorang anak itu anak cengeng atau anak nakal. Akupun tidak akan berpikir mengapa anak ini tidak dididik menjadi anak baik.
Bagaimanapun setiap keluarga mempunyai kisah dan takdirnya masing-masing. Aku yakin sekali semua orang tua akan berusaha mendidik yang terbaik buat anaknya. 

Sabtu, 07 November 2020

FEBUIku Tercinta

Banggaku tak terkatakan
Menjadi mahasiswa kampus idaman
Kuliah di Salemba, dulu hanya khayalan
Akhirnya menjadi kenyataan

Dosen-dosenku pak Mentri
Senior-senior kukagumi
Teman-teman kusayangi
Kampusku keren sekali

Ilmu yang didapat telah kupraktekkan
Kesejahteraan telah kudapatkan
FEBUIku meninggalkan jejak kebaikan
Yang tak pernah terlupakan

FEBUIku
Sekarang usiamu telah 70 tahun
Teruslah berjaya teruslah membanggakan
Berkontribusi terbaik untuk negara
Melalui alumni-alumnimu
Sampai kapanpun kau terus menjadi dambaan
Setiap siswa yang mengharap ilmu yang bermanfaat

Dirgahayu FEBUI
Sukses selalu.....
Selamanya kami cinta & bangga padamu

(Kesan-kesan sebagai alumni dalam rangka ulang tahun ke 70 FEBUI tanggal 18 September 2020)

Jumat, 16 Januari 2015

Kado Ulang Tahun Pernikahan

15 tahun sudah aku mejalani hidupku bersamamu
Dirimu jawaban atas doa-doaku
Masa jahiliahku, dengan kriteria jahiliahku
Banyak kriteria duniawi, sedikit akhirat
Kau yang kupilih untuk menemani mengarungi kehidupan
Tak mudah kita mewujudkan keinginan berumah tangga kita
Begitu banyak yang menentang dengan berbagai alasan
Kita hanya sabar, berharap bila jodoh akan bersatu juga
Dan memang bersatu juga

Tak kita duga, ternyata kita dua orang asing yang bersatu
Laksana bumi dan langit, gunung dan jurang, laut dan gurun
Kita benar-benar berbeda
Tahun-tahun berjalan, bintang-bintang kita lahir
Kelokan perjalanan kebersamaan kita sering kali sangat tajam
Namun sangat nyaman apabila kita dapat melalui
Indahnya  kedamaian perjalanan hidup sangat terasa
Karena kita telah melewati duri-duri kehidupan

 Begitu lama hidup kita mengalir dengan tecemar dunia
Seakan hanya dunia ini akhir hidup kita
Allah Maha Penyayang, kasihan dengan hidup kami
Kau berikan sedikit cubitan pada kami agar mengingatMu
Kami baru menyadari setiap langkah kami atas izinMu
Semua milik kami ada karenaMu
Betapa bebalnya kami dengan kesombongan kami

 Atas izinMu, akhirnya kami mulai belajar…
Belajar mencariMu, mendekatiMu,
Menggantungkan diri lemah ini, hanya padaMu semata
Serasa kami mendapat pencerahan…….
Damainya hati dalam kondisi apapun…..
Yakin akan pertolonganMu……..

Suamiku, imamku dan imam anak-anakku
Aku mencintaimu suamiku……
Semoga Allah selalu memberi petunjuknya pada kami


-dibuat pada ulang tahun pernikahanku yang ke 15-

Rabu, 14 Januari 2015

HUJAN YANG BERMANFAAT

Di akhir tahun ini, sudah biasa bagi kita penduduk negara tropis, mengalami musim hujan. Untuk yang tinggal di daerah banjir, tentunya musim hujan menjadi waktu-waktu dimana harus selalu bersiaga, maksudnya siaga banjir.
Kalau bagi aku pribadi, hujan merupakan berkah karena dengan adanya hujan, kita tidak kekurangan air yang sangat kita perlukan dalam hidup. Begitupun bagi mahluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan binatang.

Jika hujan tersebut menimbulkan musibah, banyak yang disebabkan manusia sendiri. Berikut ini antara lain yang membuat timbulnya bencana dari air :
- Membuang sampah sembarangan, sehingga saluran air menjadi mampet dan terhambat
- Penebangan hutan secara liar yang membuat pohon berkurang dan akhirnya menyebabkan terjadinya tanah longsor

Ada juga kontribusi yang berwenang, yang membuat terjadinya hal-hal diatas. Seperti kenapa banyak orang yang mebuang sampah sembarangan, seringkali karena sulit mencari tempat sampahnya, padahal di tempat-tempat umum. Armada pengangkut sampah juga harus cukup, kalau tidak sampah yang tidak terangkut menjadi penghambat lagi di kala hujan lebat turun.
Selanjutnya, penebangan liar menjadi mudah terjadi, karena armada polisi hutannya yang terbatas. Alhasil ada kesempatanlah si penebang liar, menebang pohon.

Kembali ke cerita awal, hujan merupakan berkah yang patut disyukuri. Aku tidak bisa membayangkan, hidup di tempat yang minim curah hujannya. Tentunya daerah tersebut cenderung kering kerontang atau ekstrimnya bisa seperti gurun. Dijamin jarang terlihat tumbuhan hijau ataupun bunga bunga yang indah.

Bila hujan turun, aku selalu berdoa agar hujan yang turun tersebut adalah hujan yang memberi manfaat.




Senin, 12 Januari 2015

Ajari Aku

Teman kami sakit
Kau datang menjenguk
Teman kami kebanjiran
Kau sibuk mengumpulkan sumbangan
Ada pembentukan panitia ramadhan
Kau dengan sukarela ditunjuk
Bapak teman kami meninggal
Kau segera datang takziyah
Teman kami butuh biaya operasi
Kau mondar mandir menggalang bantuan
Mertua kakakmu dirawat di rumah sakit
Kau membantu menjaga
Kakakmu sakit
Kau sibuk mengantar ke dokter
Aku terpana, tercengang, kagum
Rasa kasihmu pada sesama
Energi menolongmu tak pernah padam
Capekmu seolah hilang bila menolong orang
Kenapa aku sering berat berangkat
Untuk sekedar menjenguk teman sakit
Mengapa alasanku ada saja agar tak datang
Jalanan macet, rumah jauh, kasihan anak
Ajari aku kawan kecilku
Bagaimana mengatasi keenggananku
Dengan berbagai alasanku yang panjang 
Tuk batal menengok, menjenguk, menghibur, membantu
Teman ataupun saudara atau siapapun kesulitan
Ajari aku mencari ridha Allah SWT
Dengan menebar kebaikan dan manfaat bagi sesama
Ajari aku Dek….

(4 my most helpful friend I’ve ever known)


Dari blog triajita multiply, ditulis tanggal 17 Agustus 2008