tag:blogger.com,1999:blog-51008921828555035062024-02-03T01:37:46.141+07:00Rumahku SurgakuBerbagi pengalaman indah dalam membangun keluarga, mempertahankan cinta dan memotivasi serta memberi semangat seluruh anggota keluarga. Yuk tebarkan cinta di dalam rumah.Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.comBlogger15125tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-69121815066765105502020-11-19T16:13:00.000+07:002020-11-19T16:13:35.893+07:00Mamaku Super Mom<p>Mama selalu menjadi seseorang yang sangat spesial di hatiku. Walaupun mama sudah tak ada, sosoknya selalu melekat di hatiku. Aku selalu menganggapnya super mom, karena mama selalu bisa mengerjakan pekerjaan apa saja, menyelesaikan berbagai persoalan, selalu ada disaat kami butuh dan juga penyintas kanker yang sangat optimis.</p><p>Yang selalu kuingat, mama selalu berusaha memasak makanan sesuai seleraku walaupun aku sangat memilih makanan. Kadang-kadang khusus aku ada menu tersendiri hasil kreasi mama. Aku termasuk yang susah memakan lauk daging, aku lebih senang makan dengan lauk tempe. Mamaku orang Minang sejati, sehingga di rumah selalu ada rendang. Demi aku bisa ikut makan rendang, dibuatkan rendang yang isinya tempe atau kacang merah. Ada lagi makanan Minang lain yang mengejutkan, asam padeh tempe. Biasanya asam padeh isinya ikan atau daging. Mamaku kreatif kan? Masakan mama juga rasanya enak, selalu kurindukan. </p><p>Waktu aku masih kecil, semua bajuku hasil jahitan mama. Sprei, bantal, taplak, aneka hiasan rumah semua hasil karya mama. Ketika aku akan melahirkan anak pertama, mama membuatka aku selimut bayi dari kain flanel yang dihiasi sulaman dan renda rajutannya. </p><p>Mama bukan saja seniman ahli masak dan jahit, tapi juga pintar berkebun dan merangkai bunga. Mama menanam tanaman apa saja, tumbuh lebat dan rimbun. Jadi rumah mama sangat asri, enak dipandang.</p><p>Walaupun secara hobi dan pikiran aku lebih cocok dengan papa, tapi urusan curhat lebih cocok dengan mama. Mama hatinya lembut dan bijaksana jadi kalau memberi saran lebih netral dan tidak menyalahkan siapapun. Mama ibu rumah tangga yang selalu di rumah, jadi setiap saat aku butuh teman bicara di rumah, mama selalu ada.</p><p>Memang mamaku ibu ideal, menurutku karena bisa segala pekerjaan rumah tangga (memasak, berberes, menjahit, berkebun, dll) dan bersifat lembut serta penyabar. Mungkin sebagian besar anak begitu pula, mengidolakan ibunya. Aku mulai merasa keakraban kami sedikit berkurang, semenjak aku menikah. Aku tersibukkan oleh kegiatan rutinku bekerja dan mengurus keluarga. </p><p>Aku tinggal di rumahku sendiri, terpisah dari orang tua. Namun begitu, setiap hari aku menitipkan anakku yang pertama untuk dibantu diawasi. Aku belum terlalu percaya kepada pengasuh anakku. Setelah 2 tahun, aku tidak menitipkan anak lagi. Aku berusaha tidak merepotkan mama, walaupun sebenarnya mama tidak pernah merasa kerepotan.</p><p>Kakakku dan suaminya sangat sibuk bekerja, sehingga kedua anaknya banyak diasuh oleh mama. Urusan sekolah kedua keponakan tersebut, ditangani mamaku. Mama yang ikut rapat orang tua, hadir di acara sekolah, mengantar menjemput, mengambil raport. Ini juga hebatnya mama, bisa menjadi nenek, bisa juga menjadi ibu pengganti.</p><p>Mamaku pernah mengidap penyakit kanker payudara. Hebatnya, mamaku mau mengikuti saran dokter untuk segera dioperasi mastektomi (pengangkatan payudara) dan tidak mau mendengar saran siapapun untuk berobat ke orang pintar dll. Setelah mamaku dioperasi, pengobatan dilanjutkan dengan radioterapi selama 30x. Mungkin karena terdeteksi dini dan langsung diobati, mamaku sembuh dan menjadi penyintas kanker selama 20 tahun.</p><p>Penyintas kanker memang harus rutin kontrol. Mamaku setahun sekali ke RS Darmais untuk kontrol. Pada suatu waktu mama tidak kontrol ke dokter selama 4 tahun, alasannya karena dokter yang biasa merawat mama sudah wafat dan mama segan berkonsultasi dengan dokter baru.</p><p>Mama baru kontrol lagi setelah mengetahui bahwa ada anak dokternya dulu yang juga menjadi Dokter Bedah di RS Darmais. Akhirnya mama mau diperiksa. Sudah takdirnya, ada lagi benjolan ganas di ketiak mama. Kali ini mama harus dioperasi lagi. Mamaku tegar menghadapi itu semua, kata mama, alhamdulillah mama sudah sembuh dan merasakan nikmatnya sehat selama 20 tahun, kalau ini harus berobat lagi, mama sudah pernah merasakan dan Insya Allah bisa melaluinya. Saat itu mamaku berusia 77 tahun, sudah dianggap rawan untuk dioperasi, namun itu salah satu cara terbaik buat sembuh.</p><p>Operasi mama berjalan baik, namun karena sel kankernya dianggap ganas, mama harus dikemoterapi. Sejak berobat dikemo itulah, mamaku mulai sering menangis dan mengeluh kesakitan, yang mana selama ini jarang sekali aku mendengar mama mengeluh karena sakitnya.</p><p>Mamaku tidak seceria dan selincah dulu lagi. Biasanya mama orang yang sangat berpikiran positif, segala sesuatu dilihat dari sisi baiknya. Baru saat itu, aku mendengar mama bicara, "rasanya mama lebih baik meninggal saja, tidak merasakan sakit lagi dan tidak akan merepotkan siapa-siapa". Siapa yang tidak sedih mendengar ucapan seperti itu. Aku merasa sangat tidak berbakti, karena urusan kontrol ke rumah sakit, mama lebih banyak pergi sendiri hanya ditemani supir. Saat itu aku dan kedua kakakku, masih sibuk bekerja.</p><p>Alhamdulillah, aku berhenti bekerja dan bisa menemani mamaku berobat walaupun tidak setiap saat aku bersamanya. Kami anaknya membayar 'caregiver' seperti suster untuk merawatnya dari waktu ke waktu. Sedih ya, kalau kita tua, ternyata tidak ada yang sempat mengurus kita.</p><p>Sejak berobat tersebut, mama jarang sekali melakukan kesukaannya seperti memasak, menjahit, membereskan rumah, berkebun, jalan-jalan, berolah raga. Mama lebih banyak berdiam di rumah, melayani papaku sebisanya. Walaupun dengan kondisi kesehatan yang tidak prima, mama tetap memberi perhatian pada kami anak cucu seperti saat mama sehat.</p><p>Setelah 4 tahun berobat, penyakit mama bukan berkurang, malah ada sebaran lagi di kepala/otaknya. Dokter tidak melakukan tindakan agresif apapun karena beresiko, mama sudah sepuh dan kondisinya kurang baik.</p><p>Aku dan kakakku masih sempat merawat mama sampai akhir khayatnya. Kami ikhlas atas kepergiannya mengingat sakit yang sudah cukup lama dideritanya.</p><p>Super mom, belahan jiwa kesayanganku, pergi meninggalkan kenangan indah di hatiku dan aku tidak putus mendoakannya seperti dulu mama tidak pernah lupa mendoakan keluarganya. Aku berharap berjumpa mama di surga nanti.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis_75dnv-d1hFSDXhMKtfJTqSYbmipgt6CNy7cfpNBSGP9LMgl5k5G2uISgYZfAmQlTKFQAPpDoI9UMWbTrku61LlkOqeFdLONwVJlVbQ_KromiHcaJ0K43TsEyN99RHtLe5iGNf9vHkTf/s1190/20170222_213835.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1190" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis_75dnv-d1hFSDXhMKtfJTqSYbmipgt6CNy7cfpNBSGP9LMgl5k5G2uISgYZfAmQlTKFQAPpDoI9UMWbTrku61LlkOqeFdLONwVJlVbQ_KromiHcaJ0K43TsEyN99RHtLe5iGNf9vHkTf/s320/20170222_213835.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p><i>Quote : </i></p><p><i>"Mama menggenggam kedua tangan anaknya sesaat saja, namun menggenggam hatinya selamanya"</i></p><p><i>"Ketika kamu memiliki doa dari mama, kamu siap berdiri melawan dunia"</i></p><p><br /></p>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-85646566531491867692020-11-15T13:10:00.001+07:002020-11-16T15:12:02.007+07:00Ibu Bekerja vs Ibu Rumah Tangga<p>Sekali-kali aku ingin berbagi pengalaman sesuatu hal yang agak sensitif. Sering menjadi perdebatan, mana yang lebih baik menjadi seorang ibu bekerja atau ibu rumah tangga. Maaf, jawabannya tidak bisa hitam putih, ini baik dan itu buruk, namun yang kita mau petik disini adalah hikmahnya</p><p>Sebagai seorang ibu, aku pernah mengalami menjadi keduanya, 22 tahun aku menjadi ibu bekerja dan 4 tahun menjadi ibu rumah tangga. Menjadi ibu bekerja karena sudah ada kesepakatan dengan suami, sebelum aku menikah. Menjadi ibu rumah tangga merupakan keputusan aku sendiri, yang amat sangat didukung suami.</p><p>Pembahasan ini ringan-ringan saja berdasarkan pengalaman hidup bukan kajian ilmiah. Jadi bebas saja kalau ada yang tidak setuju, tentunya berdasarkan pengalaman sendiri juga.</p><p>Ibu rumah tangga adalah suatu tugas yang sangat mulia karena keluarga sangat membutuhkan dukungan dan peranan ibu 1000% dalam perjalanannya. Ibu rumah tangga amat sangat bisa mendedikasikan pikiran dan tenaganya untuk mengurus rumah tangga.</p><p>Sedang ibu bekerja, harus siap terbagi konsentrasinya antara rumah tangga dan pekerjaan. Ibu bekerja harus cerdas berstategi mengatur agar rumah tangga berjalan mulus dan karir juga tidak terabaikan.</p><p>Tugas sebagai ibu/istri saja merupakan tugas yang penuh tantangan. Kita harus perhatian penuh pada keluarga, agar visi dan misi keluarga yang dicita-citakan tercapai. </p><div style="text-align: left;"><b>Ibu Rumah Tangga :</b><br /><b>Pro :</b><br />- Pelayanan maksimal kepada suami dan anak<br />- Perhatian penuh pada perkembangan anak<br />- Pendidik anak yang lebih fokus<br />- Pengendali utama rumah tangga<br /><b>Kontra :</b><br />- Ilmu dari pendidikan dan bakat yang dimiliki tidak maksimal dimanfaatkan<br />- Sumber penghasilan dari suami saja</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><b>Ibu Bekerja :</b><br /><b>Pro</b> :<br />- Menyalurkan ilmu dan bakat yang dimiliki dan aktualisasi diri<br />- Menambah penghasilan keluarga<br /><b>Kontra</b> :<br />- Pembagian waktu yang adil antara keluarga dan karir. Pelayanan pada keluarga bisa tidak maksimal<br />- Perlu bantuan pihak lain untuk mengurus rumah tangga, mengasuh anak</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Pilihan manapun yang kita pilih, kita sudah tau konsekuensinya. Jadi perlu mengatur strategi agar segala kendala dapat diminimalisir.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Seperti saat aku menjadi ibu bekerja, aku membuat banyak kesepakatan dan rambu-rambu dengan suami, agar kehidupan berumah tangga tetap lancar. Aku juga mencari asisten dan pengasuh anak yang cocok. Aku akui semua yang kulalui itu bukan hal yang mudah.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Saat ini aku menjadi ibu rumah tangga, walaupun pekerjaannya tiada henti, aku juga tetap rajin membaca, mendengar, mencari pengetahuan yang dapat diterapkan dalam menjalankan rumah tangga. </div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Nah, ini pendapat pribadi ya, aku lebih memilih yang mana? Aku rasanya jauh lebih menyukai dan menikmati menjadi ibu rumah tangga. Senyuman dan pelukan dari suami dan anak setiap saat, rasanya jauh lebih berharga dibanding dengan imbalan yang aku terima dari bekerja. </div><div style="text-align: left;">Mungkin juga aku merasa seperti ini karena aku pernah mengalami sebagai ibu bekerja.</div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;">Namun ini bukan pilihan kalau tidak ibu berkerja, ya ibu rumah tangga. Banyak kok, pilihan tengah yang bisa mengakomodir kontra-kontra yang disebutkan diatas. Ada pilihan, ibu bekerja tapi bekerja dari rumah atau paruh waktu atau berjualan dari rumah dll. Keluarga penuh cinta bisa tercapai dengan apapun pekerjaan si ibu.</div><p><br /></p>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-29829107606913294122020-11-14T18:36:00.000+07:002020-11-16T17:59:13.387+07:00Tidak Ada Anak Cengeng<p>Aku malu, mengingat masa kecilku yang ini. Aku terlahir sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara. Aku akui aku sangat dimanja oleh kedua orang tuaku. Aku mempunyai teman dan sepupu seumuranku yang mempunyai adik. Entah bagaimana, adik-adik dari temanku dan sepupuku ini banyak yang sangat manja, minta diperhatikan bahkan cengeng. Di mataku, adik-adik ini lumayan nakal dan dalam hatiku aku berharap tidak mempunyai adik.</p><div>Karena memang dasarnya aku mempunyai sifat agak jail juga, aku senang sekali mengganggu saudara atau adik teman yang lebih kecil dari aku. Kadang-kadang aku kagetin, aku kejar, aku kuncikan dalam kamar, biasanya berakhir dengan tangisan. Sudah berapa saja, anak-anak kecil menjadi korban kejailanku.</div><div><br /></div><div>Setelah aku SMA, aku tidak senakal itu lagi, namun aku tidak pernah merasa benar-benar senang dengan anak kecil, terutama yang cengeng. Aku lebih suka bermain dengan kucing kesayanganku, yang tidak banyak membuat drama (pikirku saat itu).</div><div><br /></div><div>Akhirnya naluri keibuanku muncul juga, setelah kakak pertamaku melahirkan keponakanku yang kembar. Mungkin karena anak kakakku, jadi aku merasakan bagaikan anakku sendiri. Barulah saat itu aku jatuh cinta melihat bayi kecil. Setiap hari, aku selalu saja kangen melihat keponakan-keponakan tercinta ini. Kakakku geli melihat kelakuanku, 'akhirnya Tria kena pelet anak kecil juga' kata kakakku.</div><div><br /></div><div>Beberapa tahun kemudian aku menikah dan kemudian hamil, aku bersyukur dan bahagia tidak terkira. Aku membayangkan mempunyai bayi sendiri yang bisa dipeluk-peluk setiap saat.</div><div>Setelah lahir, bayiku tumbuh, aku mulai merasakan bayi sulungku ini termasuk bayi yang mudah sekali menangis dan kadang tantrum (marah mengamuk) tangisnya susah dihentikan. Pernah di ruang dokter, anakku menangis keras seperti berteriak tidak berhenti-henti setelah disuntik imunisasi. Hal ini selalu berulang jika masuk ruang periksa dokter. Begitupun saat anakku balita, bila meminta sesuatu namun tidak kukabulkan, seringkali terjadi amukan dan tangis. Mungkin ada orang-orang yang merasa kesal (seperti aku dulu) karena anakku sering menangis keras dan berisik. </div><div><br /></div><div>Allah Maha Kuasa, memberiku anak tantrum mudah menangis, sehingga aku bisa merasakan perasaan ibu-ibu yang anak-anaknya kuganggu dulu. Apa yang menjadi takdir pasti ada hikmahnya. Saat ini aku tidak pernah lagi menghakimi seorang anak itu anak cengeng atau anak nakal. Akupun tidak akan berpikir mengapa anak ini tidak dididik menjadi anak baik.</div><div>Bagaimanapun setiap keluarga mempunyai kisah dan takdirnya masing-masing. Aku yakin sekali semua orang tua akan berusaha mendidik yang terbaik buat anaknya. </div><div></div>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-34785443021021997092020-11-07T20:49:00.000+07:002020-11-07T20:49:36.353+07:00FEBUIku Tercinta<div>Banggaku tak terkatakan</div><div>Menjadi mahasiswa kampus idaman</div><div>Kuliah di Salemba, dulu hanya khayalan</div><div>Akhirnya menjadi kenyataan</div><div><br /></div><div>Dosen-dosenku pak Mentri</div><div>Senior-senior kukagumi</div><div>Teman-teman kusayangi</div><div>Kampusku keren sekali</div><div><br /></div><div>Ilmu yang didapat telah kupraktekkan</div><div>Kesejahteraan telah kudapatkan</div><div>FEBUIku meninggalkan jejak kebaikan</div><div>Yang tak pernah terlupakan</div><div><br /></div><div>FEBUIku</div><div>Sekarang usiamu telah 70 tahun</div><div>Teruslah berjaya teruslah membanggakan</div><div>Berkontribusi terbaik untuk negara</div><div>Melalui alumni-alumnimu</div><div>Sampai kapanpun kau terus menjadi dambaan</div><div>Setiap siswa yang mengharap ilmu yang bermanfaat</div><div><br /></div><div>Dirgahayu FEBUI</div><div>Sukses selalu.....</div><div>Selamanya kami cinta & bangga padamu</div><div><br /></div><div><span style="font-style: italic;">(Kesan-kesan sebagai alumni dalam rangka ulang tahun ke 70 FEBUI tanggal 18 September 2020)</span></div>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-58071521687714707982015-01-16T15:22:00.000+07:002015-01-17T16:33:28.549+07:00Kado Ulang Tahun Pernikahan<span style="line-height: normal;">15 tahun sudah aku mejalani hidupku bersamamu</span><br />
<span style="line-height: normal;">Dirimu jawaban atas doa-doaku</span><br />
<span style="line-height: normal;">Masa jahiliahku, dengan kriteria jahiliahku</span><br />
<span style="line-height: normal;">Banyak kriteria duniawi, sedikit akhirat</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau yang kupilih untuk menemani mengarungi kehidupan</span><br />
<span style="line-height: normal;">Tak mudah kita mewujudkan keinginan berumah tangga kita</span><br />
<span style="line-height: normal;">Begitu banyak yang menentang dengan berbagai alasan</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kita hanya sabar, berharap bila jodoh akan bersatu juga</span><br />
<span style="line-height: normal;">Dan memang bersatu juga</span><br />
<span style="line-height: normal;"><br /></span>
<span style="line-height: normal;">Tak kita duga, ternyata kita dua orang asing yang bersatu</span><br />
<span style="line-height: normal;">Laksana bumi dan langit, gunung dan jurang, laut dan gurun</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kita benar-benar berbeda</span><br />
<span style="line-height: normal;">Tahun-tahun berjalan, bintang-bintang kita lahir</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kelokan perjalanan kebersamaan kita sering kali sangat tajam</span><br />
<span style="line-height: normal;">Namun sangat nyaman apabila kita dapat melalui</span><br />
<span style="line-height: normal;">Indahnya kedamaian perjalanan hidup sangat terasa</span><br />
<span style="line-height: normal;">Karena kita telah melewati duri-duri kehidupan</span><br />
<span style="line-height: normal;"><br /></span>
<span style="line-height: normal;"> </span>Begitu lama hidup kita mengalir dengan tecemar dunia<br />
<span style="line-height: normal;">Seakan hanya dunia ini akhir hidup kita</span><br />
<span style="line-height: normal;">Allah Maha Penyayang, kasihan dengan hidup kami</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau berikan sedikit cubitan pada kami agar mengingatMu</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kami baru menyadari setiap langkah kami atas izinMu</span><br />
<span style="line-height: normal;">Semua milik kami ada karenaMu</span><br />
<span style="line-height: normal;">Betapa bebalnya kami dengan kesombongan kami</span><br />
<span style="line-height: normal;"><br /></span>
<span style="line-height: normal;"> </span>Atas izinMu, akhirnya kami mulai belajar…<br />
<span style="line-height: normal;">Belajar mencariMu, mendekatiMu,</span><br />
<span style="line-height: normal;">Menggantungkan diri lemah ini, hanya padaMu semata</span><br />
<span style="line-height: normal;">Serasa kami mendapat pencerahan…….</span><br />
<span style="line-height: normal;">Damainya hati dalam kondisi apapun…..</span><br />
<span style="line-height: normal;">Yakin akan pertolonganMu……..</span><br />
<br />
Suamiku, imamku dan imam anak-anakku<br />
<span style="line-height: normal;">Aku mencintaimu suamiku……</span><br />
<span style="line-height: normal;">Semoga Allah selalu memberi petunjuknya pada kami</span><br />
<span style="line-height: normal;"><i><br /></i></span>
<span style="line-height: normal;"><i><br /></i></span>
<span style="line-height: normal;"><i>-dibuat pada ulang tahun pernikahanku yang ke 15-</i></span><br />
<br />Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-83747171066454143512015-01-14T22:52:00.000+07:002015-01-17T16:32:03.250+07:00HUJAN YANG BERMANFAATDi akhir tahun ini, sudah biasa bagi kita penduduk negara tropis, mengalami musim hujan. Untuk yang tinggal di daerah banjir, tentunya musim hujan menjadi waktu-waktu dimana harus selalu bersiaga, maksudnya siaga banjir.<br />
<div>
Kalau bagi aku pribadi, hujan merupakan berkah karena dengan adanya hujan, kita tidak kekurangan air yang sangat kita perlukan dalam hidup. Begitupun bagi mahluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan binatang.<br />
<br /></div>
<div>
Jika hujan tersebut menimbulkan musibah, banyak yang disebabkan manusia sendiri. Berikut ini antara lain yang membuat timbulnya bencana dari air :</div>
<div>
- Membuang sampah sembarangan, sehingga saluran air menjadi mampet dan terhambat<br />
- Penebangan hutan secara liar yang membuat pohon berkurang dan akhirnya menyebabkan terjadinya tanah longsor<br />
<br />
Ada juga kontribusi yang berwenang, yang membuat terjadinya hal-hal diatas. Seperti kenapa banyak orang yang mebuang sampah sembarangan, seringkali karena sulit mencari tempat sampahnya, padahal di tempat-tempat umum. Armada pengangkut sampah juga harus cukup, kalau tidak sampah yang tidak terangkut menjadi penghambat lagi di kala hujan lebat turun.<br />
Selanjutnya, penebangan liar menjadi mudah terjadi, karena armada polisi hutannya yang terbatas. Alhasil ada kesempatanlah si penebang liar, menebang pohon.<br />
<br />
Kembali ke cerita awal, hujan merupakan berkah yang patut disyukuri. Aku tidak bisa membayangkan, hidup di tempat yang minim curah hujannya. Tentunya daerah tersebut cenderung kering kerontang atau ekstrimnya bisa seperti gurun. Dijamin jarang terlihat tumbuhan hijau ataupun bunga bunga yang indah.<br />
<br />
Bila hujan turun, aku selalu berdoa agar hujan yang turun tersebut adalah hujan yang memberi manfaat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-56207607847200047512015-01-12T22:50:00.001+07:002015-01-12T22:50:31.621+07:00Ajari Aku<span style="line-height: normal;">Teman kami sakit</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau datang menjenguk</span><br />
<span style="line-height: normal;">Teman kami kebanjiran</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau sibuk mengumpulkan sumbangan</span><br />
<span style="line-height: normal;">Ada pembentukan panitia ramadhan</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau dengan sukarela ditunjuk</span><br />
<span style="line-height: normal;">Bapak teman kami meninggal</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau segera datang takziyah</span><br />
<span style="line-height: normal;">Teman kami butuh biaya operasi</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau mondar mandir menggalang bantuan</span><br />
<span style="line-height: normal;">Mertua kakakmu dirawat di rumah sakit</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau membantu menjaga</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kakakmu sakit</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kau sibuk mengantar ke dokter</span><br />
<span style="line-height: normal;">Aku terpana, tercengang, kagum</span><br />
<span style="line-height: normal;">Rasa kasihmu pada sesama</span><br />
<span style="line-height: normal;">Energi menolongmu tak pernah padam</span><br />
<span style="line-height: normal;">Capekmu seolah hilang bila menolong orang</span><br />
<span style="line-height: normal;">Kenapa aku sering berat berangkat</span><br />
<span style="line-height: normal;">Untuk sekedar menjenguk teman sakit</span><br />
<span style="line-height: normal;">Mengapa alasanku ada saja agar tak datang</span><br />
<span style="line-height: normal;">Jalanan macet, rumah jauh, kasihan anak</span><br />
<span style="line-height: normal;">Ajari aku kawan kecilku</span><br />
<span style="line-height: normal;">Bagaimana mengatasi keenggananku</span><br />
<span style="line-height: normal;">Dengan berbagai alasanku yang panjang </span><br />
<span style="line-height: normal;">Tuk batal menengok, menjenguk, menghibur, membantu</span><br />
<span style="line-height: normal;">Teman ataupun saudara atau siapapun kesulitan</span><br />
<span style="line-height: normal;">Ajari aku mencari ridha Allah SWT</span><br />
<span style="line-height: normal;">Dengan menebar kebaikan dan manfaat bagi sesama</span><br />
<span style="line-height: normal;">Ajari aku Dek….</span><br />
<span style="line-height: normal;"><br /></span>
<span style="line-height: normal;">(4 my most helpful friend I’ve ever known)</span><br />
<span style="line-height: normal;"><br /></span>
<span style="line-height: normal;"><br /></span>
<span style="line-height: normal;">Dari blog triajita multiply, ditulis tanggal 17 Agustus 2008</span>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-4574479010574235122015-01-12T15:01:00.000+07:002015-01-12T15:01:18.935+07:00Slow down di hari liburMatahari minggu ini serasa berbeda dengan minggu sebelumnya. Sinarnya yang biasa terasa menyengat kulit muka, minggu ini terasa hangat dan nyaman. Pepohonan dan tanaman hias, hijaunya menjadi lebih pupus dan cerah dari biasanya.....minus mataku seperti hilang, karena semua cerah...<br />
<br />
Suasana liburan sekolah, ternyata membawa pengaruh pada penglihatanku. Pagi hari yang terburu-buru untuk sesaat ini tidak ada bekasnya.<br />
<br />
Menikmati sesuatu di luar rutinitas ternyata nikmat sekali. Seperti aku kali ini, biasanya selalu ada yang mengejar (entah itu keperluan keluarga, kantor, dll).<br />
Coba deh teman, turunkan irama hidup kita dari yang biasa....slow motion sedikitlah, tarik nafas panjang-panjang, amati lingkungan sekitar kita yang biasanya tidak pernah kita perhatikan, dengarkan suara yang menyejukkan (kalau saya lantunan ayat Al Quran), pandangi dan nikmati alam/tumbuhan sekitar.<br />
Ini cara lain untuk menikmati liburan sehingga kita serasa batere yang baru dicharge.<br />
<br />
<br />Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-72906375763123312732015-01-12T14:42:00.000+07:002015-01-12T14:43:48.641+07:00PrioritaskuSetelah sekian lama aku tidak menulis di blog ini, baru sekarang aku mempunyai keinginan untuk menulis di blog ini.<br />
Aku sudah punya blog baru yang tidak terlalu sering juga aku isi, tapi masih mending ada pergerakan😀.<br />
Saat ini aku masih ibu bekerja, yang lumayan sibuk membagi waktu.<br />
kalau ditanya prioritas waktuku seperti apa, kira-kira seperti ini :<br />
1. Pemilik dan pencipta aku (Allah SWT)<br />
2. Suami dan anak-anak (keluarga inti)<br />
3. Orang tua dan mertua<br />
4. Kakak, adik, ipar<br />
5. Pegawai aku (asisten, supir)<br />
6. Tetangga<br />
7. Pekerjaan kantor<br />
8. Teman<br />
<br />
Pada kenyataannya, seringkali pekerjaan kantor mengalahkan prioritas yang lain. Kenapa begitu, mungkin karena ada rewards yang jelas terlihat bila performance kita baik (gaji naik, bonus, dapat pujian). Sementara dari yang lain-lain, imbalannya tidak selalu terlihat langsung, beberapa hanya bisa dirasakan (ketenangan batin, rasa kasih sayang).<br />
<br />
Saya menulis ini untuk 'self remind' karena seringkali belum bisa membagi waktu dengan baik, padahal punya cita-cita tinggi - ingin masuk surga...😢<br />
Kalau cuma mau dapat penghasilan banyak dan pengakuan karier yang baik, cetek banget ya keinginannya. Semua ini kan cuma jangka pendek, bermanfaat pas kita hidup saja. Untuk bekal di akhirat nanti (sebagai seorang muslim, saya percaya adanya kebangkitan setelah kita meninggal yaitu di alam akhirat), saya juga harus siap sedia.<br />
<br />
Yah teman, silahkan mulai menata prioritas kita sesuai dengan tujuan hidup kita supaya hidup kita gak sia-sia.<br />
<br />Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-81764267218472616942012-02-14T07:46:00.001+07:002012-02-14T07:52:26.366+07:00Bunda Ikut Ulangan<p class="MsoNormal"><span style="text-align: justify; ">Fenomena masa kini, anak ulangan umum, orang tua ikut sibuk.</span><span style="text-align: justify; "> </span><span style="text-align: justify; ">Lebih tepatnya fenomena ini belaku untuk saya. Saya yakin tidak semua orang tua seperti ini. Banyak orang tua yang sudah mengatur atau memonitor jadwal belajar anaknya sehingga setiap hari selalu mengulang pelajaran ataupun memang si anak dengan kesadaran yang tinggi selalu rutin belajar atau si anak termasuk anak yang jenius dan cerdas sehingga sedikit belajar sudah paham. Yang jelas saya tidak termasuk kriteria itu semua, saya bukan orang tua yang konsisten memonitor pelajaran anak, anak saya juga tidak termasuk anak yang selalu berinisiatif belajar sendiri, anak saya juga bukan si cerdas yang cukup sekali belajar langsung paham.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Kesimpulan, kalau anak saya musim ulangan atau ujian, saya juga ikut sibuk. Yang mungkin membuat anak saya sebal, bukannya saya sibuk membantu mengajar, tapi saya lebih sibuk lagi membandingkan silabus materi yang diujikan (biasa disebut kisi kisi) dengan apa yang sudah dipelajari.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Kira-kira begini pertanyaan standar saya :</p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-left:13.5pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-13.5pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><!--[if !supportLists]-->-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span><!--[endif]-->Materi yang ini sudah belum? Yang itu? Kenapa belum?</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:13.5pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-13.5pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><!--[if !supportLists]-->-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span><!--[endif]-->PR dan ulangan yang kemarin-kemarin sudah dilihat lagi belum?</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:13.5pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-13.5pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><!--[if !supportLists]-->-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span><!--[endif]-->Kesimpulannya sudah dibaca ulang?</p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left:13.5pt;mso-add-space: auto;text-align:justify;text-indent:-13.5pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><!--[if !supportLists]-->-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span><!--[endif]-->Kalau sudah dibaca, baca lagi ya, jangan puas sekali aja.</p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-left:13.5pt;mso-add-space:auto; text-align:justify;text-indent:-13.5pt;mso-list:l0 level1 lfo1"><!--[if !supportLists]-->-<span style="font:7.0pt "Times New Roman""> </span><!--[endif]-->Lihat ulangan yang kemarin-kemarin, kalo yang salah perhatikan, yang benarnya apa.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Tidak heran juga, kalau anak saya berkomentar ‘Duh bunda, nanya-nanya melulu, bantuin jelasin dong atau ajarin, ini kan susah banget, aku gak ngerti caranya’</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Nah, kalau komentar ini, saya langsung mati kutu, masalahnya tidak semua materi pelajaran mereka mudah. Memang saya pernah mempelajarinya, tapi kan sudah lupa saking lamanya dan tidak pernah dipraktekkan (alasan…..). Kadang-kadang saya berusaha ikut juga belajar, tapi memang tidak selalu mudah karena otak saya yang sudah terlalu penuh dengan berbagai urusan atau faktor u mungkin atau memang pelajarannya yang susah. Diem-diem, saya salut dengan beberapa teman saya yang anaknya mengikuti homeschooling dan teman saya sendiri yang menjadi pengajarnya (hebat, kayaknya saya perlu tau tekniknya nih biar bisa jadi pengajar juga).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Tidak heran ya, kadang-kadang kita pakai jalan pintas, anak diikutkan les, bimbel atau dibelikan buku-buku soal tanpa kita monitor atau bimbing sendiri dan malahan kita hanya menanyakan hasil akhir ‘ gimana sayang, sudah mengerti, sudah bisa mengerjakan soal-soalnya?’ (maaf maksud saya bukan kita tapi lebih tepatnya ‘saya’).</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify">Sebenarnya saya menulis ini mengingatkan diri sendiri, betapa saya masih jauh dari ibu ideal yang saya bayangkan. Saya berharap saya bisa lebih baik……dan menjadi madrasah yang baik bagi anak-anak saya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify"><o:p> </o:p></p>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-77648321638243700362009-10-04T17:11:00.004+07:002009-10-04T17:54:58.139+07:00Kerja yok kerja......<span style="font-family: lucida grande;">Huh....hari ini hari terahir aku menikmati cutiku. Aku cuti setelah Lebaran berlalu karena aku memang niat untuk memberi kesempatan cuti kepada teman-temanku yang mudik. Gantian ceritanya.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Bagaimana perasaanku menjelang masuk kantor kembali? (halah, cuma cuti 5 hari aja kok pake nanya ya)..... Semangat pastinya karena udah tau kerjaan selalu banyak, tapi satu sisi kebayang capeknya sepulang bekerja. Apalagi anak-anakku masuk sekolah bersamaan dengan aku masuk kantor....wah pasti rame paginya..</span><br /> <span style="font-family: lucida grande;">Yah, inilah resiko yang harus aku lewati karena memilih menjadi ibu bekerja. </span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Insya Allah, aku cukup menikmati pekerjaanku walau harus melewati berbagai tantangan karena tugas utama sebagai istri dan ibu wajib ditunaikan dahulu. Yang jelas, aku memang memilih untuk bekerja dan bukan terpaksa bekerja.....beda kan persepsinya kalau kita terpaksa bekerja.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Untuk memotivasi semangat bekerja, aku sering mengingat kembali apa tujuanku bekerja. Apa ya tujuan aku bekerja ???</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Ingin mengamalkan ilmu </span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Ingin dapat ilmu yang banyak</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Ingin dapat penghasilan untuk bantu keluarga</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Ingin menambah wawasan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Ingin memperluas pertemanan</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Ingin menambah rasa percaya diri</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">- Ingin pintar komunikasi</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Kira-kira tercapai gak tujuanku tersebut, Alhamdulillah setelah lebih 15 tahun bekerja, so far so good.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Bukan berarti aku meremehkan teman-teman yang gak bekerja, gak mungkin mencapai tujuan-tujuan seperti tujuanku tersebut. Aku yakin sekali tujuanku tersebut bisa dicapai melalui jalan manapun, menjadi ibu rumah tanggakah atau bekerja di rumah atau berwiraswasta.....</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Namun, khusus aku... dulunya aku perempuan yang pemalu karena orang tuaku yang sangat protektif dan selalu melindungiku (yang penerapannya aku tidak boleh mengikuti kegiatan apapun dan kalau mau pergi kemanapun hanya diantarkan oleh orang tua). Jadi rasa-rasanya bekerja di luar rumah untuk karakter sepertiku sangat membantu untuk meningkatkan rasa percaya diriku. Walaupun kadang-kadang aku masih sering malu kalau bicara di depan umum.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Insya Allah, aku tetap bisa melalui semua ini dengan mulus dan aku tidak melupakan kewajiban utamaku untuk mengurus keluarga tercinta.</span>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-40267218419566312882009-09-30T23:00:00.006+07:002009-10-02T13:11:18.875+07:00Ikatan Batin dengan Majenang......<span style="font-family: lucida grande;">Mungkin aku mengikuti jejak orang tuaku atau aku mendapat pengalaman yang indah di masa kecilku atau aku ingin anakku lebih peka dengan asisten rumah atau aku ingin ikut-ikutan mudik. Aku gak tau, alasan mana yang lebih tepat sehingga membuat aku dan keluargaku pergi ke Majenang untuk menjemput asisten rumah. Sama sekali bukan alasan karena takut mereka tidak balik atau ingin mengambil hati para asisten agar tetap berminat kerja di rumahku tapi lebih tepat ke alasan-alasan yang aku sebutkan di pembuka tulisan ini. Sedikit unsur romantisme memang ada dalam rencana kepergian kami ini.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Bermula dari kelahiran anak pertamaku 14 tahun yang lalu. Karena aku ibu bekerja, aku sangat membutuhkan asisten untuk membantu mengurus bayi. Setelah mencoba 3 asisten yang tak cocok, bertemulah aku dengan mba Wiwik si asisten baru. Perjalanan panjang untuk memutuskan bahwa asisten ini cocok dengan aku & suami & anakku. Kelihatannya aku tidak salah duga, karena memang ia rajin, helpful dan tulus dalam melayani anak. Untuk asisten rumah tangga, saat itu aku tak menemukan yang cocok. Entah berapa saja keluar masuk dengan berbagai alasan. Padahal aku juga perlu bantuan untuk membersihkan rumah dan mengurus dapur. Benar-benar masalah klasik, tapi cukup mengganggu. Pada suatu hari mba Wiwik, menawarkan keponakannya untuk bekerja sebagai asisten rumah tangga dan ia berjanji akan membantu mengajarkan. Tentunya kondisi ini menjadi lebih mudah bagiku, karena mereka berhubungan keluarga, mereka kompak dalam bekerja. Selain itu si asisten baru, menurut bila diajarkan oleh bibinya. Lumayan kan untukku, cukup satu orang yang aku percaya dan wanti-wanti, selanjutnya disampaikan oleh mba Wiwi ke keponakannya.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Aku tidak berlama-lama dengan urusan rumah tanggaku. Ya, tahun berganti tahun, anakku menjadi 3. Asisten rumah tanggaku berganti-ganti karena umumnya mereka berhenti untuk menikah. Tetapi benang merah yang terus berlanjut, asisten rumah tanggaku selalu keponakan mba Wiwi (rupanya dia punya banyak stok keponakan). Jadi aku tidak pernah mengalami 'revolusi besar' dalam urusan klasik asisten rumah tangga.....Alhamdulillah.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Bayangkan mba Wiwi membantu mengurus anak pertamaku selama 5,5 tahun. Kemudian lahir anak keduaku, bersambung lagi dibantu diurus oleh mba Wiwi selama 2 tahun sampai anak ketigaku lahir. Anak bungsuku ini dibantu diasuh oleh mba Wiwi selama 2 tahun. Nah, cukup lama bukan, aku berkolaborasi dengan mba Wiwi selama 9 tahun.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Yang menjadikan romantisme aku & suamiku dalam berhubungan dengan mba Wiwi, ya tentu saja karena begitu lama dia bekerja sama dengan kami. Suka, duka, senang, susah, kebodohan kami dalam mengurus anak......bagaimana buku-buku mengenai anak, majalah ayah bunda, poster-poster mengenai anak..........kami geluti bersama. How grateful we are.....to mba Wiwi. Kami penanggun jawab utama dalam pengurusan anak, namun kekurangan-kekurangan kami lumayan teratasi dengan bantuan mba Wiwi. Dia akan mempraktekkan........hal-hal yang aku temukan dibuku.....dengan pendidikan SMPnya dia berusaha memahami kemauanku.....dengan berbagai pertanyaan yang aku terima.........aku juga sekalian belajar......</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Mba Wiwi ini berasal dari daerah Majenang......yang sungguh dulu aku tidak tahu dimana letaknya di peta, Jawa Baratkah atau Jawa Tengahkah......aku bingung. Perjalanan hidup mba Wiwi, sedikit banyak kami ketahui. Dia cerai dengan suaminya yang ada main dengan perempuan lain (dalam pikiran aku dan suamiku, apakah ini kontribusi kami karena mempekerjakan mba Wiwi di rumahku), kemudian dia menikah lagi dengan suami kedua, susah payahnya dia mengurus ibunya yang sakit-sakitan. Inilah yang membuat kami berniat berkunjung ke Majenang. Awalnya permintaan anak pertamaku Hani, yang ingin sekali melihat rumah mba suster (panggilannya kepada mba Wiwi). Sekali waktu kami mengantarkan mba Wiwi pulang kampung dan menjemputnya kembali......Hani anakku memanfaatkan momen itu untuk melihat-lihat kampung mba Wiwi dan juga numpang mancing.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Pada waktu aku kecil, aku juga sering kali diajak oleh kedua orangtuaku untuk mengantar dan menjemput asisten. Aku mengingatnya sebagai pengalaman indah karena melihat daerah yang berbeda dari rumahku (yang seumur-umur di Jakarta terus). Mungkin anakku, mengalami perasaan yang sama seperti aku dulu.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Waktu mba Wiwi menikah lagi, kami juga datang ke kampungnya.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Saat ini, mba Wiwi sudah tidak bekerja lagi di rumahku. Lima tahun yang lalu dia berhenti karena harus mengurus ibunya yang sakit dan dia merasa tidak terlalu dibutuhkan lagi untuk membantu mengurus anak-anakku. Namun demikian, jejaknya masih tersisa di rumahku, salah satu keponakannya masih bekerja sebagai asisten rumah tanggaku. Jadwal dan jobdesc (kalau bisa disebut job description) para asisten, masih mengikuti aturan yang aku dan mba Wiwi buat dulu.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Liburan lebaran tahun ini, lagi-lagi terlintas rasa romantis kami, ingin menengok kampung si asisten di Majenang. Malahan anak ke 2 dan 3, menginap di rumah mba Wiwi di kampung (betapa senangnya mereka ketemu mba susternya) karena ingin langsung memancing di pagi hari. Sementara aku dan suami, menginap di hotel di Majenang.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Begitulah ikatan batinku terhadap kota Majenang, bagaimanapun aku tidak bisa menghapus lintasan hidupku yang pernah mempunyai kisah-kisah spesial dengan asisten-asistenku yang berasal dari kota ini.</span>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-12475860840305697602009-09-28T20:15:00.003+07:002009-09-28T20:41:39.082+07:00Cemas<span style="font-family: lucida grande;">Setelah hampir dua tahun tertunda, akhirnya aku bulatkan tekad untuk datang ke dokter kandunganku, untuk periksa rutin tahunan. Aku tahu, seharusnya setiap tahun aku memeriksakan kondisi kandunganku. Tapi 2 tahun lalu terlewatkan, begitupun tahun lalu.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Bermula dari sejarah panjangku dalam berhubungan dengan dokter kandungan. Timbul rasa bosan dan seganku untuk memeriksa ke dokter. Suamiku sudah panjang lebar menyemangatiku, tetap aku bergeming.....m a l a s pergi. Akhirnya setelah menimbang-nimbang dan mungkin kepintaranku mulai mengalahkan kebodohanku, kuputuskan aku akan ke dokter kandungan, siap dengan segala resiko. Daripada menerima resiko, hidup dengan penyakit yang sudah akut lebih baik resiko ditemukan penyakit masih dini dan bisa diobati.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Benar kan......setelah aku menanyakan bagaimana kondisi kandunganku, dokter menerangkan bahwa di kandungan ada mioma uteri (sejenis tumor) yang ukurannya masih kecil. Innalillahi, ini kan penyakit yang sama yang aku derita pada tahun 1998. Waktu itu aku dioperasi untuk mengangkat mioma dan alhamdulillah rahimku sehat dan aku melahirkan 2 anak setelah itu. Namun pada saat itu, dokter telah memberi tahu kemungkinan akan tumbuhnya mioma tersebut lagi.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Alhamdulillah (selalu ada positifnya), menurut dokter ukurannya sangat kecil dan tidak membahayakan sehingga tidak perlu dioperasi. Berarti makanan dan kondisiku harus selalu terjaga dengan baik, agar mioma tersebut tidak semakin membesar.</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Ya Allah, aku manusia biasa yang mudah cemas. Apakah masih ada penyakit-penyakit lainnya dalam tubuhku yang belum terdeteksi?? Aku cemas, mendengar perkataan suamiku, apakah kita mau bertambah tua dengan sakit-sakitan, bagaimana dengan anak-anakmu yang masih kecil, siapa yang mau ngurus....</span><br /><br /><span style="font-family: lucida grande;">Kurang apa bacaan referensiku, dari berbagai buku kesehatan.....majalah sejenis Nirmala...dan lainnya. Tapi masih saja dalam diri ini, sering timbul perasaan malas untuk selalu makan teratur, makan hanya dengan makanan yang sehat dan tidak berlebihan, olahraga dengan teratur, kontrol dengan teratur.</span><br /><span style="font-family: lucida grande;">Yah ......ternyata aku masih termasuk kategori orang yang zalim terhadap diri sendiri dalam hal menjaga kesehatan.....</span> <br /><span style="font-family: lucida grande;">Referensi dan niat saja tidak cukup, bagaimana pengamalannya..... Ya Rab, bantulah aku menjaga kesehatanku agar aku dapat hidup lebih bermanfaat bagi lingkunganku............</span>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-11385300827375461212009-09-28T09:15:00.006+07:002009-10-02T11:51:25.967+07:00Aku dan Suami<span style="font-family:lucida grande;">Aku dan suami adalah dua sosok dengan sifat yang sangat jauh berbeda kalau fisik sudah pasti berbeda..., ya kan satu perempuan satu laki-laki.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">Hobiku membaca, main musik, jalan pagi. Suamiku suka olah raga apa saja, mengoprek mobil, jalan-jalan dengan menyetir mobil, diskusi dan debat</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka musik jazz dan pop yang tidak cengeng. Suamiku suka musik rock, heavy metal.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka makan manis-manis, keju, kue tart, makanan eropa, sayur, buah. Suamiku suka makan gurih, penganan tradisional, daging, ikan, seafood.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka menonton pertandingan bola. Suamiku suka menonton pertandingan bulutangkis.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku tergolong cuek dan kurang bisa membaca body language & pikiran. Suamiku lebih perhatian kepada lingkungan, agak bisa membaca body language & pikiran.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka membereskan rumah. Suamiku suka membetulkan rumah</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka film drama, detektif, thriler. Suamiku suka film action.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka tanaman yang kecil. Suamiku suka tanaman besar.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka warna merah, putih, hitam, biru. Suamiku suka warna abu-abu dan coklat.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku introvert dan tidak mudah mengomentari. Suamiku extrovert dan sering mengomentari sesuatu.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku tidak suka politik. Suamiku sangat suka politik.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku jarang meledek orang terutama yang tidak kenal. Suamiku suka meledek orang dan tergolong jail.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku tidak suka ngomong panjang lebar kecuali diperlukan. Suamiku suka ngobrol dan diskusi.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka bahasa. Suamiku suka angka.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku tidak bisa berhitung cepat. Suamiku sangat cepat berhitung.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka menulis. Suamiku tidak suka menulis.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku tidak suka ngebut. Suamiku suka ngebut.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku rajin mengingat tanggal penting. Suamiku tidak mau pusing dengan tanggal.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku senang dihadiahi buku. Suamiku senang menghadiahi bunga.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku tidak mudah panik. Suamiku cepat panik.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku suka menyanyi. Suamiku tidak suka menyanyi.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">Aku surprised juga waktu aku menulis ini, ternyata kami memang berbeda, padahal ini baru sebagian kecil.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Tapi Allah Maha Kuasa....buktinya kami berjodoh dan sudah 15 tahun berumah tangga. Insya Allah sampai seumur hidup.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">Tapi diluar perbedaan tersebut, kami juga mempunyai kesenangan yang sama.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Kami suka binatang piaraan.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Kami suka makan baso & es kelapa muda.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Kami suka melihat alam pantai dan gunung. Kami tidak suka mall.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Kami suka tanaman.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Kami suka menonton berita.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Kami suka melihat kota dan gedung tua. Dan masih ada persamaan lainnya.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">Jadi pesan tulisan ini, jangan takut dengan perbedaan. Perbedaan seringkali menambah kekuatan kita. Seperti kata Stephen Covey dalam salah satu habit 'Win win', 1+1 tidak selalu sama dengan 2, tapi bisa 3 ataupun lebih.</span>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5100892182855503506.post-13341522852152345992009-09-28T06:27:00.003+07:002009-09-28T15:08:35.474+07:00Dari 2 jadi 5<div style="text-align: justify;"><span style="font-family:lucida grande;">Siapa sangka, aku yang menikah menjelang umur 30 tahun dan mengalami berbagai rintangan untuk menikah, akhirnya sekarang mempunyai anak 3.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Dari awal, suamiku ingin mempunyai 3 anak. Sementara, aku menginginkan 2 anak, mengingat usia kami yang tidak muda lagi. Aku cuma bilang ke suamiku, aku gak mau sudah jadi stw (setengah tua) tapi masih punya anak bayi. Tapi suamiku, punya pendapat lain, memang kalau diizinkan Allah punya anak 3, kenapa nolak, orang banyak yang susah payah untuk dapt 1 anak.</span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Allah maha pengasih dan penyayang, kami diberi rizki anak 3 (dari berdua jadi berlima). Dari sisi pandang lain, boleh dikatakan, kami mendapat amanah dan cobaan untuk membesarkan 3 anak. Kalau kami lulus dalam mengemban amanah ini, berarti anak itu membawa kebaikan bagi dirinya, orang tua dan lingkungannya. </span><br /><span style="font-family:lucida grande;">Hasil akhir itu, merupakan rahasia Allah. Kami sebagai orang tua yang menjalani prosesnya. Kami bisa berusaha sekuat tenaga membimbingnya dan mendoakannya. Perkara hasilnya, itu hak prerogatif Allah.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">Kenyataannya, sama sekali tidak mudah membimbing anak. Tidak ada sekolah parenting, yang ada buku, majalah, informasi mengenai parenting. Disitu seninya sebagai orang tua. Aku belum pantas, berpendapat macam-macam, wong anakku masih berusia 14 tahun kebawah. Banyak yang sudah expert, sehingga anaknya menjadi anak shaleh dan mandiri, tentunya juga atas izin Allah. Yang ada, aku cuma bisa sharing sesama orang tua.....oh kalau kita ajak begini, pasti anak kita akan begitu. dan seterusnya.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">Disini aku juga sekedar sharing, memang tidak mudah jadi orang tua, tapi itu sama sekali tidak menyurutkan niat baik untuk selalu mengemban amanah untuk berbuat semaksimal mungkin atas titipan dan berkah yang kita terima itu. Tidak ada kata putus asa, walaupun berbagai rintangan menghadang. Dengan usaha dan doa, Insya Allah tidak ada rintangan yang tidak bisa dilewati.</span><br /><br /><span style="font-family:lucida grande;">Hidup orang tua..........</span><br /></div>Triana Saptomohttp://www.blogger.com/profile/12254889547375513994noreply@blogger.com0